Rabu, 13 Oktober 2010

Kerja Tak Sesuai Ijazah

Sistem pendidikan saat ini lebih mendorong mahasiswa hanya focus dan berorientasi pada perkuliahan dan nilai saja. Kegiatan ekstrakurikuler semacam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan kegiatan keorganisasian di luar kampus mengalami penurunan tajam dalam jumlah peminat. Padahal dalam kegiatan inilah pengalaman, menta, sosialisasi dan jiwa kepemimpinan diraih. Akhirnya ketika lulus hanya bermodalkan ijazah dan transkrip nilai, tetapi sangat minim persiapan dalam memperoleh pengalaman kerja, bermental kurang bagus dalam tekanan lingkungan kerja yang kurang kondusif, dan kurang mempunyai jiwa kepemimpinan sehingga kurangnya daya saing tinggi mengakibatkan tingginya jumlah pengangguran intelektual yang terkesan asal-asalan dalam mencari pekerjaan tanpa memikirkan potensi dan skill yang dimiliki.
Semakin sempitnya lapangan kerja yang tersedia menjadikan masalah tersendiri bagi para sarjana pencari kerja yang tak ayal lagi kemudian mencari kerja seadanya yang penting tidak menganggur dan hanya berorientasi pada materi ( besarnya gaji ) saja sehingga hal ini yang menyebabkan timbul banyaknya para pekerja atau pegawai yang tidak sesuai skillnya dan ilmu yang didapat ketika kuliah dan akan terbentuk tenaga kerja yang tidak profesional.
Dipaparkan oleh Ekowati, Bidang Kemahasiswaan dan Bidang Marketing Public Relations Politeknik Kesehatan BSI Yogyakarta, bahwa dengan bekal pendidikan yang tinggi tidak menjamin dirinya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ijazahnya. “ keterbatasan lapangan pekerjaan menjadi kendala yang berarti ketika mahasiswa alumni mulai terjun ke dunia kerja karena semakin ketatnya kompetisi, mungkin menjadi alasan untuk mencari kerja yang tidak sesuai bidangnya, bisa saja tidak sesuai tapi hanya untuk pekerjaan sampingan misalnya seorang sarjana teknik punya pekerjaan sampingan sebagai wirausaha , ini malah sangat baik ” tandasnya.
Lanjutnya, hal ini merupakan bukan suatu hal yang baru yaitu ketika terjadi krisis moneter sehingga mayoritas masyarakat Indonesia terkesan asal-asalan untuk memperoleh pekerjaan yang layak. “ Dari awal yang tidak baik maka akan menimbulkan hal yang demikian juga yaitu tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bidangnya sehingga akan tercipta tenaga kerja yang tidak professional dan menjadi kendala untuk menjadi negara yang makmur dan sejahtera, sebaiknya ketika akan memasuki perguruan tinggi pilihlah jurusan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki agar ketika lulus tidak kesulitan mengimplementasikan hasil yang telah dicapainya selama di perguruan tinggi ” imbuhnya
Sementara itu Restu Santri Aji (19), Mahasiswa Teknik Perminyakan, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta mengungkapkan, Ijazah merupakan salah satu syarat mencari pekerjaan, seharusnya lebih mengutamakan skill tapi karena lapangan pekerjaan yang semakin menyempit dan tuntutan global akan kompetisi yang ketat sehingga orang berfikiran yang penting bisa menghasilkan uang sehingga demikian terpenuhi kebutuhan hidup.
“ Karena tidak sesuai dengan bidangnya jadi akan menimbulkan masalah tersendiri bagi pemilik lahan pekerjaan yang diakibatkan dari tidak profesionalnya tenaga kerjanya, mestinya jika sesuai dengan bidangnya maka pekerjaan yang dihasilkan pun akan memuaskan dan yang lebih penting adalah utamakan skill yang kita miliki sehingga dengan modal itu tidak akan kesulitan ketika terjun kedunia kerja.” Katanya
Terpisah, Christina Siwi Subektyastuti S.H, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Pelayanan Social , Yogyakarta menyatakan bahwa memang seyogyanya suatu pekerjaan di kerjakan orang yang ahli dibidangnya yang sesuai dengan ilmu yang dia dapat sehingga dapat diterapkan tetapi tidak menutup kemungkinan dikerjakan oleh orang orang yang bukan ahlinya, asalkan dapat menyesuaikan dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
“ Minimnya lahan kerja yang tersedia dan orang orang yang berkompeten di bidangnya membuat kami juga harus menyediakan tempat untuk membina calon tenaga kerja tersebut, seperti mengadakan semacam pelatihan kerja dll. Pasokan tenaga kerja yang ahli biasanya sangat minimal sekali jumlahnya, sementara yang kita butuhkan lebih dari itu membuat kami bagaimanapun sebisanya untuk mengoptimalkan tenaga kerja yang ada.” Katanya
Beliau menyarankan untuk sebisa mungkin lulusan apapun itu sebaiknya bisa membangun jejaring, menangkap permasalan dengan bidang yang dikuasai. Kreatif, merubah pola pikir dan tingkah laku . Biasanya orang yang baru lulus itu idealisnya sangat tinggi, namun kita juga mesti melihat sebenarnya apa yang sedang dibutuhkan dari tempat kerja.


Andre Hendarto S, Alumnus Adm. Negara , Fisipol UGM Yogyakarta yang sekarang bekerja sebagai Adm Kredit BRI ( Bank Rakyat Indonesia ) mengatakan bahwa bekerja tidak sesuai dengan ijazah sebenarnya sah sah saja, tetapi alangkah bagusnya memang harus sesuai dengan ilmu dan skill masing masing sehingga diharapkan ada sinergi antara terapan ilmu dan pekerjaan
“ Enjoy saja, jika memang pekerjaan yang diambil tidak sesuai ilmu kita ya ilmu apapun yang kita dapet harus diterapkan dan dipertanggung jawabkan dalam pekerjaan kita “ singkatnya
Agar seorang lulusan perguruan tinggi bisa bekerja sesuai dengan bidangnya, pencetakan sarjana di perguruan tinggi hendaknya memperhatikan ketersediaan lapangan kerja. Tidak diinginkan mencetak sarjana yang biayanya mahal, tetapi kemudian mereka menjadi penganggur terdidik. Hal ini tentunya ada campur tangan dari pihak terkait untuk mengantisipasi semakin banyak lulusan bukan semakin banyak pula pengangguran.
Walaupun demikian hal ini bukan permasalahan yang berarti namun alangkah baiknya jika pekerjaan yang digeluti itu sesuai bidangnya karena akan dengan mudah menciptakan para tenaga kerja yang mampu bersaing ditingkat global dan professional dalam melakukan segala tugasnya. Berbeda dengan yang bukan bidangnya tentu memerlukan penyesuaian terdahulu sebelum benar-benar dinyatakan tenaga kerja ahli. ( tim unriyo )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar