Rabu, 13 Oktober 2010

Orang Tua Sebagai Penentu Masa Depan Anak

Ketika seorang anak telah dilahirkan maka peran orang tua sebagai penuntun masa depan anak telah dimulai walaupun dari hal yang paling terkecil sekalipun. Hingga saat anak beranjak dewasa seringkali terjadi perbedaan pendapat antara keduanya, biasanya dalam pemilihan masa depan yang apakah sesuai dengan keinginan anak atau keinginan orang tua. Dalam hal ini tentu bukan permasalahan yang sepele karena sangat mempengaruhi kebahagian kelak antara kedua belah pihak dan diperlukan suatu hal yang benar-benar bisa memberikan solusi yang tidak merugikan antara seorang anak dan orang tuanya.
Menanggapi fenomena ini DRS.Purwadi, M.Si. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan menerangkan bahwa sebenarnya orang tua tidak memaksakan kehendaknya tapi mengarahkan kepada anaknya agar kelak anaknya menjadi orang yang sesuai harapan walaupun terkadang ada perbedaan antara anak dan orang tuanya. “ketidak tahuan potensi terhadap dirinya sendiri yang membuat orang tua semakin teguh dengan pendiriannya menentukan pilihan yang kadang-kadang tidak sesuai keinginan seorang anak, hal inilah yang menjadi permasalahan, atas dasar agar anaknya sukses sesuai harapan maka mereka merasa sangat berperan penting dalam pemilihan masa depan anak, dengan tidak memikirkan apa kemampuan dari anak sehingga banyak diantaranya yang merasa tertekan terhadap pilihan masa depan yang tidak sesuai dengan bakatnya” paparnya.
Masih menurut beliau, terkadang anak tidak mengetahui apa potensi yang ada dalam dirinya, sehingga peran orang tua dalam mengarahkan tetap dibutuhkan. “Seharusnya ada komunikasi atau dialog antara orang tua dan anak agar tidak terjadi kesalah pahaman dan pilihanorang tua dan anak bisa seimbang, dari orang tua sendiri seharusnya bisa mengenali bakat anaknya dengan melihat apa yang disukai dan menghasilkan sesuatu yang baik, misalnya bisa membenahi radio yang rusak sehingga normal kembali berarti dia bakatnya dalam bidang tekhnik, untuk mengatasi hal ini yang terpenting adalah berikan informasi yang cukup kepada anak ataupun sebaliknya karena ketika akan memilih seuatu tentunya membutuhkan informasi yang cukup dengan begitu maka akan tercipta suasana yang komunikatif dalam segala permasalahan antara orang tua dan anaknya” jelasnya.
Lain halnya dengan yang diungkapkan Ari Prasetyo, mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Ahmad Dahlan, tidak selamanya kehendak orang tua itu sesuai dengan keinginan anaknya, walaupun hanya dengan mengarahkan masa depan anak. “yang jelas tujuan dari orang tua melakukan hal ini adalah untuk kesuksesan, tapi tidak seharusnya memaksa yaitu dengan bisa saling mengerti antara keinginan orang tua dan bakat anaknya”katanya.
Lebih lanjut Ari menjelaskan orang tua itu sebenarnya mengetahui bakat anaknya tapi mereka ingin anaknya menjadi orang yang seperti ada dalam angan-angannya. “Memberi pengertian kepada orang tua bukanlah hal yang mudah, maka diperlukan komunikasi yang baik agar mereka bisa menerima apa yang menjadi keinginan kita, tunjukkan yang terbaik kepada mereka bahwa dengan bakat yang kita miliki, kita bisa menjadi orang yang sukses walaupun terkadang bakat yang kita miliki tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, yang terpenting adalah jalin komunikasi yang baik karena dengan ini kita bisa mengetuk hati mereka” pangkasnya.
Wawan seorang Agency Manager AXA Finansial mengatakan bahwa orang tua tentunya menginginkan anaknya sukses tapi dengan bercermin pada orang lain terutama pada lingkungan sekitar karena lingkungan juga akan berpengaruh pada pembentukan karakter. “Mereka cenderung membandingkan orang lain di lingkungan sekitar yang sukses di masa itu seperti menjadi seorang insinyur, dokter dan juga angkatan bersenjata. Hal ini mereka lakukan karena faktor kebanggaan diri jika anaknya bisa mendapatkan sesuatu yang lebih di lingkungan sekitar. Dunia sekarang ini memandang sesuatu dari kulitnya saja. Contoh kecil saja para orang tua menginginkan anaknya sekolah di sekolah favorit dan ternama agar bisa diunggulkan”tegasnya.
Kalau untuk implementasi orang tua terhadap anaknya, harusnya tidak memaksakan anak ketika nantinya mau menjadi apa dan bekerja dimana.” Saya hanya berusaha untuk mengarahkannya dan memberi gambaran seperti pekerjaan yang cepat untuk menghasilkan penghasilan. Kuliah pun tidak perlu kuliah secara formal. Yang penting jika sudah punya penghasilan bisa membiayai kuliahnya sendiri. Semuanya bisa dilakukan orang tua jika mereka melakukan pengamatan terhadap anaknya sendiri. Dari situlah kita bisa mengerti potensi yang anak miliki. Karena saya merasakan sendiri pada saat itu saya sedikit tertekan dengan pemaksaan orang tua untuk menjadi seperti apa yang mereka inginkan. Pada jaman dahulu orang tua bangga jika anaknya menjadi sarjana tetapi sekarang ini masih banyak sarjana yang menganggur”paparnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar