Rabu, 10 November 2010

Kuliah Sambil Jadi Atlet

        Dewasa ini konsep perkuliahan tidak hanya dilihat dari sisi akademi saja ( system belajar mengajar ) yang mungkin bagi sebagian mahasiswa dirasa sangat membosankan, tetapi  juga harus memperhatikan masalah bakat minat yang dimiliki mahasiswa , contohnya tidak jarang ada beberapa mahasiswa yang memiliki bakat olah raga sehingga memungkinkan mereka untuk kuliah sambil terjun menjadi atlet, baik itu lokal maupun tingkat nasional ( professional red ).
        Namun terkadang akan sulit didalam mengatasi masalah mensiasati waktu antara fokus didalam masalah akademis dengan kegiatan atletnya, terutama manfaat yang akan diperoleh jika seorang mahasiswa harus membagi focus didalam 2 kegiatan yang berbeda.
       Ariq Dewi Maharani , salah satu Atlet  taekwondo sekaligus Mahasiswa Agribisnis Universitas Jember, mangatakan bahwa Taekwndo  merupakan hobi ,sehingga  dirasa kegiatan ini sebagai atlet taekwondo tidaklah mengganggu kegiatan akademik .”untuk masalah akademis perkuliahan, kegiatan saya ini tidak begitu bermanfaat dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan kuliah. berbeda dengan teman teman atlet yang di universitas-universitas yang ada jurusan olahraganya,kampus sangat mendukung kegiatan tersebut. Pertama kali saya kuliah, saya cenderung kurang bisa menyesuaikan atau membagi waktu, yang ada kesehatan saya malah terganggu.setelah berjalan 2 tahun ini , saya udah mulai biasa menyesuaikan dan mengatur waktu antara kegiatan olahraga dengan akademik.untuk jadwal latihan taekwondo sendiri biasanya dimulai malam hari sehingga saya bisa lebih focus dalam kegiatan akademik di pagi dan siang harinya”bebernya.
       Disisi lain ada manfaat yang dapat dirasakan dalam menekuni kegiatan taekwondo ini, kita bisa membawa nama kampus di event kejuaraan baik lokal maupun tingkat nasional. “event tersebut biasanya diadakan  dalam rangka kejurnas antar kampus se Indonesia. Disini saya bisa mendapatkan berbagai macam beasiswa dari kampus jika saya memenangi sebuah event dan alhamdullilah saya bisa melaksanakannya demi membawa nama besar Universitas Jember”katanya.
       Bambang Suyatmoko, Instruktur Fitness dan Aerobic MAX GYM Yogyakarta berpendapat bahwa Olahraga itu tidak harus seorang Atlet tapi semua orang pasti akan membutuhkan kesegaran jasmani, tentunya itu akan didapat setelah berolahraga, makan teratur dan istirahat secukupnya. “Mahasiswa itu tidak langsung terjun ke Atlet, kebanyakan itu dari iseng-iseng kemudian disitu mereka menemukan bakatnya, maka akan terjun sebagai Atlet, untuk kegiatan kuliah tentu mereka bias untuk memanajemen waktu”, ungkapnya.
    Ditambahkan, justru olahraga itu diutamakan karena untuk melakukan aktivitas harus memiliki tubuh yang sehat, maka aktivitas yang lain pun akan berjalan dengan baik. “Lebih ditekankan untuk mahasiswa itu untuk melihat penampilannya karena akan kelihatan orang yang jarang olahraga yaitu wajahnya kelihatan lesu dan kurang semangat, berbeda dengan mereka yang rajin, tentunya wajahnya lebih fresh dan menjalani aktivitas itu sangat menikmati, jadi untuk mahasiswa harus disiplin waktu dan sadarlah akan begitu pentingnya kesehatan karena jika kesehatan baik maka untuk meraih prestasi pun ada kemungkinan untuk dicapai, tinggal bagaimana rasa kemauanya”ujarnya seraya memberi saran.
    Sementara itu Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY, Sumaryanto, M. Kes merangkap sebagai Sekretaris Umum selama  3 (tiga) periode Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia, menjelaskan bahwa orang hidup itu mempunyai banyak alternatif, seperti halnya olahraga yang tidak terpisahkan dari kehidupan karena olahraga itu fungsional dan olahraga itu bernuansa pendidikan, prestasi dan rekreasi sesuai dengan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional, yaitu Undang-Undang NO 32 Tahun 2005. “Konsep untuk membangun olahraga yaitu dengan Insan olahraga dan seperti ikan busuk, itu kan busuknya dimulai dari kepala, sedangkan parameter pembangunan olahraga itu dengan empat index diantaranya, Sumber Daya Manusia , partisipasi masyarakat, Physical fitness dan Area public sport. Fasilitas Olahraga yang minim harus dimulai dengan pembangunan sumber daya manusianya”jelasnya.
    Lebih lanjut, Olahraga itu berdasarkan tujuannya seperti misalnya antara seoarang Atlet dengan mereka yang berolahraga hanya untuk kesehatan jasmani tentu ada standarisasinya. “seseorang itu dilihat dari olahraganya, kalau olahraganya baik maka dalam hal lain pun akan baik pula, seperti Kapten dalam sepakbola dia akan terbiasa memimpin timnya, ketika dia disuruh menjadi dosen olahraga tentu akan bisa menjelaskan dengan baik karena dia tahu praktek di lapangan. Kemudian untuk waktu, mahasiswa harus bisa mengkondisikan kepentingan mana yag lebih penting dan mana yang tidak terlalu, jika kita ingin meraih sesuatu harus dimulai dengan sehat dan kalau ingin menjadi Atlet ya dekatnya sama Atlet dan begitu seterusnya”, pangkasnya.
      

2 komentar: